Foto: ist
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dirumorkan akan dilebur ke emiten BUMN Karya lain dan tidak menjadi surviving entity di tengah isu merger yang mencuat akhir-akhir ini.
Seiring rumor yang beredar tersebut, kinerja Waskita Karya memang paling buruk dibandingkan emiten BUMN Karya lainnya, seperti PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP).
Hal tersebut terutama menyangkut utang WSKT yang menggunung. Apalagi, WSKT mengalami gagal bayar bunga obligasi baru-baru ini dan diwajibkan membayar bunga tersebut.
Ini lantaran, Pemegang Obligasi berkelanjutan IV Waskita Karya Tahap I 2020 menolak usul penundaan pembayaran bunga ke-11 dari tanggal 6 Mei 2023 menjadi tanggal 6 Agustus 2023.
Keputusan tersebut merupakan dalam hasil Rapat Umum Pemegang Obligasi Berkelanjutan IV Waskita Karya tahap 1 tahun 2022 pada tanggal 3 Mei 2023.
Rasio pengungkit yang mengukur seberapa banyak utang perusahaan dibandingkan ekuitas investor alias debt to equity ratio (DER) BUMN Karya memang masih tinggi.
Pemberi pinjaman tentu menginginkan DER yang rendah supaya pinjaman bisa dibayar lunas, bahkan tanpa menggunakan ekuitas pemegang saham, jika perusahan terkena masalah going concern.
Demikian pula investor yang tidak ingin investasinya terganggu apabila perusahaan mengalami masalah solvabilitas alias tak mampu membayar utang jangka panjang perusahaan.
Waskita, emiten BUMN Karya yang paling terekspos, memiliki DER 600%, jauh di atas patokan (rule of thumb) 2-3 (200%-300%) untuk perusahaan konstruksi.
Total kewajiban (liabilitas) Waskita mencapai Rp84,38 triliun dengan total ekuitas hanya Rp13,85 triliun per 31 Maret 2023.
Untuk WIKA, ADHI, dan PTPP, angkanya masih di rentang 300%-350% (sejumlah covenant pinjaman bank).
Kendati demikian, angka tersebut memang tetap riskan mengingat suku bunga yang tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang panjang membawa risiko tersendiri.
Dengan utang yang bertumpuk, Waskita juga masih membukukan rugi bersih Rp374,93 miliar per kuartal I 2023. Sejak 2020, WSKT terus menerus menelan rugi.
Selama 3 bulan 2023, pendapatan Waskita juga turun menjadi Rp2,73 triliun, dari sebesar Rp2,75 triliun pada periode yang sama 2022.
Sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serius akan melakukan pembenahan pada perusaahaan pelat merah yang memiliki kinerja buruk, termasuk disektor karya. Menteri BUMN Erick Thohir memastikan perusahaan BUMN di sektor infrastruktur dan karya akan dilakukan konsolidasi.
Erick mengungkapkan, terkait proses konsolidasi tersebut akan dibagi menjadi dua segmen, yakni perusahaan BUMN karya dengan skala kecil diserahkan kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dan Danareksa untuk dilakukan merger.
"Konsolidasi karya dipastikan akan terjadi, yang mana belum jadi keputusan. Tapi framework sepertinya yang ada di PPA Danareksa karena yang kecil-kecil, di merger," kata Erick di Kantornya, Rabu (3/5).
Sementara, untuk perusahaan dengan skala besar seperti Hutama Karya (HK), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), hingga PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) masih dalam proses pengkajian.
"Sistemnya kepemilikan seperti HK dan Waskita, seperti Bank Mandiri punya BSI padahal di bawahnya merger, tapi keputusan ini belum terjadi," jelasnya.
Erick mengungkapkan, proses konsolidasi akan disesuaikan dengan cetak biru (blueprint) dua tahun lalu yang diterbitkan Boston Consulting Group (BCG). Laporan tersebut telah merekomendasikan cukup ada empat BUMN karya yang memiliki segmentasi berbeda sesuai dengan keahlian.
"Sebaiknya BUMN karya dari sembilan BUMN menjadi empat BUMN. Ada ekspertis di gedung dan lain-lain, jadi tidak semua atau palugada," ungkapnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
0 comments:
Post a Comment