7 Saham Ini Jadi Beban IHSG, Bank Paling 'Nyusahin'

 Presiden Joko Widodo resmi menutup perdagangan bursa tahun 2017 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (29/12/2017). Perdagangan bursa ditutup menguat pada angka 6,355 Foto: Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Senin (30/1/2023), di mana investor cenderung wait and see jelang rilis data inflasi RI dan kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).

Per pukul 10:42 WIB, IHSG melemah 0,47% ke posisi 6.866,9. Meski melemah, tetapi IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 6.800.

Beberapa saham menjadi pemberat laju penguatan indeks pada perdagangan sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bank MandiriBMRI-5,999.950-0,75%
Bank Negara IndonesiaBBNI-5,719.275-2,88%
Bank Rakyat IndonesiaBBRI-4,984.620-0,43%
Bank Central AsiaBBCA-3,598.625-0,86%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-2,922.780-0,36%
Merdeka Copper GoldMDKA-2,614.690-1,26%
Telkom IndonesiaTLKM-2,503.940-0,51%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham bank raksasa menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari ini, di mana saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi pemberat terbesar yakni mencapai 5,99 indeks poin.

Kemudian disusul PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang membebani IHSG sebesar 5,71 indeks poin. Berikutnya saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 4,98 indeks poin, dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 3,59 indeks poin.

IHSG melemah karena investor cenderung wait and see menanti rilis data inflasi di dalam negeri dan pengumuman kebijakan suku bunga terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed).

Konsensus pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan inflasi secara tahunan melandai sedikit menjadi 5,4% (yoy), dari sebelumnya sebesar 5,51% pada Desember 2022.

Adapun secara bulanan, inflasi Januari diprediksi melambat menjadi 0,5%, dari sebelumnya sebesar 0,66% di Desember 2022.

Sementara itu, Ekspektasi The Fed akan mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga acuan tercermin dari data CME FedWatch probabilitas kenaikan 25 basis poin (bp) lebih dari 90%. Pelaku pasar memperkirakan suku bunga acuan AS akan dinaikkan ke 4,75%.

Namun, melihat dari data ekonomi AS yang masih cukup baik dan tenaga kerja AS yang juga masih cukup kuat, maka potensi The Fed tetap agresif menaikkan suku bunga 50 bp masih berpeluang cukup besar, meski pasar memprediksi The Fed hanya akan menaikkan sebesar 25 bp.

TIM RISET CNBC INDONESIA

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. BPFJAMBI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger