Foto: Pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 15-25 Februari. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) industri multifinance merangkak naik pada tahun ini. Hal ini diikuti pula dengan melambatnya pertumbuhan pembiayaan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2024 rasio NPF gross sebesar 2,82%, naik 35 basis poin (bps) secara tahunan. Apabila dibandingkan dengan posisi Desember 2023, rasio NPF naik 38 bps.
Begitu pula dengan NPF net per April 2024 yang naik 20 bps menjadi 0,89% dan naik 25 bps dibandingkan dengan Desember 2023.
Menyikapi hal tersebut, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menilai NPF multifinance naik karena daya beli masyarakat tertekan harga kebutuhan pokok yang melonjak sejak akhir 2023.
"Nah, dengan demikian, ya suka atau tidak suka, pasti ada sekelompok atau sejumlah orang yang akhirnya harus pembayaran cicilannya tertunda," katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (14/6/2024).
Hal itu kemudian diikuti dengan melambatnya pertumbuhan piutang di industri multifinance, utamanya sektor otomotif. Selain menurunnya daya beli, perusahaan pembiayaan juga tengah berhadapan dengan kondisi sulit mencari debitur berkualitas baik.
Suwandi menjelaskan saat ini kredit bermasalah telah menjadi isu bagi seluruh industri keuangan. Alhasil banyak calon debitur multifinance yang tercatat memiliki skor kredit buruk.
"Banyak masyarakat yang sudah di dalam pengacekan SLIK-nya itu memang bermasalah," katanya.
Dalam catatan OJK, piutang pembiayaan multifinance per April 2024 naik 10,82% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 486,35 triliun.
Bila dibandingkan dengan April 2023, pertumbuhan pada bulan keempat tahun ini lebih rendah. Pada periode yang sama tahun lalu, piutang pembiayaan tumbuh 15,13% yoy menjadi Rp 435,85 triliun.
Pun bila dibandingkan dengan Desember 2023, pertumbuhan piutang juga lebih rendah. Pada akhir tahun lalu piutang pembiayaan naik 13,23% yoy dan Desember 2022 naik 14,18% yoy.
Adapun berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), sepanjang Januari-April penjualan mobil baru merosot 14,8% yoy menjadi 289.551 unit. Pada periode yang sama, mengutip data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia penjualan motor baru turun 1,11% yoy menjadi 2.154.226 unit.
Terpisah, Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro OJK Ahmad Nasrullah mengatakan bahwa biaya hidup masyarakat Indonesia yang semakin mahal menjadi satu alasan NPF membengkak.
"Saat ini kemampuan debitur berkurang karena peningkatan biaya hidup. Jadi untuk bayar cicilan mereka tidak kuat," ungkap Ahmad dalam FGD OJK bersama Redaktur Media Massa, dikutip Kamis (13/6/2024).
Sebelumnya, ekonom senior yang juga mantan Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri menilai kondisi ekonomi kelas menengah di Indonesia mulai tertekan. Hal ini tercermin dari penjualan barang-barang bertahan lama atau durable goods yang anjlok drastis.
Kondisi ini menimbulkan ancaman serius di balik melemahnya daya beli masyarakat kelas menengah. Pernyataan ini, dia sampaikan mengomentari sorotan khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani terhadap penjualan motor dan mobil sebagai durable goods yang turun tajam pada awal tahun ini.
0 comments:
Post a Comment