Home » , , , , , , , , , » Kalau Mau Hijau di Sesi II, IHSG Harus Tembus Level Ini Dulu

Kalau Mau Hijau di Sesi II, IHSG Harus Tembus Level Ini Dulu

 Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 0,30% ke posisi 6.679,80 pada penutupan sesi I perdagangan siang ini, Kamis (15/6/23).

Terdapat 290 saham yang melemah, 209 saham menguat dan 226 saham tidak bergerak. Hingga istirahat siang, sekitar 9,5 miliar saham terlibat yang berpindah tangan sebanyak 797 ribu kali. Selain itu, nilai perdagangan tercatat mencapai Rp. 5,5 triliun.

Berdasarkan catatan dari Bursa Efek Indonesia (BEI) via Refinitiv sebagian besar sektor melemah. Sektor Energi menjadi yang paling bawah, turun 0,8%. Saham milik PT Bank Rakyat Indonesia Tbk terpantau menjadi pemberat utama IHSG sebesar 6,1 indeks poin.

Pada hari ini, investor masih memperhatikan sejumlah sentimen yang berpotensi menggerakkan pasar keuangan Indonesia, terutama dari luar negeri.
Keputusan The Fed dan kebijakan ECB ini menjadi perhatian penting bagi pasar hari ini. Seiring dengan ekspektasi pasar, The Fed pada rapat yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia memilih untuk menahan suku bunga acuan di kisaran 5,0-5,25%.

Namun, harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus ditunda, karena siklus suku bunga tinggi diproyeksikan akan berlanjut.

Bahkan, The Fed mengisyaratkan kemungkinan menaikkan suku bunga sebanyak dua kali lagi tahun ini.

Keputusan tersebut tidak hanya mengecewakan pasar, tetapi juga dapat berdampak pada berbagai aspek. Siklus kenaikan suku bunga yang belum berakhir menciptakan tingkat ketidakpastian yang tinggi di pasar global.

Pelaku pasar keuangan di seluruh dunia harus menghadapi volatilitas setiap kali data ekonomi Amerika Serikat dirilis, serta menjelang rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

Keputusan hawkish The Fed juga dapat mempengaruhi keputusan bank sentral lainnya, termasuk Bank Indonesia (BI), untuk tetap mengadopsi kebijakan hawkish.

Meskipun inflasi domestik melandai, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa BI kemungkinan sulit memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Hal ini dapat mengakibatkan suku bunga pinjaman bank sulit turun, meningkatkan ongkos pinjaman, dan menyulitkan perusahaan dalam melakukan ekspansi.

Permintaan kredit investasi, modal kerja, dan kredit konsumsi di Indonesia juga berpotensi terhambat akibat tingginya suku bunga di masa depan.

Keputusan The Fed yang tetap hawkish juga berpotensi membawa perekonomian Amerika Serikat menuju resesi.

Sebagai motor utama perekonomian global, perlambatan ekonomi di AS akan memiliki dampak besar terhadap permintaan global, termasuk perekonomian Indonesia. AS merupakan pasar ekspor terbesar kedua bagi Indonesia, serta salah satu investor asing terbesar di negara ini.

Selain kebijakan The Fed, pelaku pasar juga harus memperhatikan data penting yang akan dirilis dari luar negeri hari ini.

Data produksi industri, penjualan ritel, angka pengangguran, dan indeks harga rumah China menjadi faktor yang penting, karena memberikan gambaran tentang perlambatan ekonomi Tiongkok saat ini.

Sebagai mitra dagang terbesar Indonesia, perkembangan di China akan berdampak besar pada ekonomi Tanah Air.

Tidak hanya itu, Bank Sentral Eropa (ECB) juga akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada malam hari nanti. Meskipun Eropa telah terkena resesi, pasar masih memperkirakan bahwa ECB akan terus menaikkan suku bunga acuannya.

Meskipun ekonomi Uni Eropa mengalami kontraksi pada kuartal I-2023, inflasi yang tinggi menjadi faktor penentu keputusan ECB untuk tetap mengadopsi kebijakan hawkish.

Analisis Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada sesi I, IHSG masih tertahan di bawah resistance berupa area Fibonacci 61,8% (6.692). IHSG perlu melewati resistance ini di sesi II agar bisa berbalik arah ke zona hijau.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke 47,96.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), grafik MACD berada di bawah garis sinyal.
Pada sesi II, IHSG akan mencoba menguji resistance 6.692 (Fibonacci 61,8%). Apabila berhasil menembus, level resistance selanjutnya berada di 6.727 (Fibonacci 78,6%).

Akan tetapi, kalau gagal, IHSG berpotensi kembali ditutup memerah dan menguji support terdekat di 6.667 (Fibonacci 50%).

CNBC INDONESIA RESEARCH

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. BPFJAMBI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger