PT BESTPROFIT FUTURES JAMBI - Pemandangan warga yang mengantre di ATM yang tersebar di seluruh lokasi di Myanmar merupakan pemandangan biasa sejak kudeta militer yang dilakukan pada 1 Februari lalu.
Akibat pembatasan jam malam yang diterapkan oleh rezim junta, banyak warga yang pergi ke ATM sebelum matahari terbit untuk berebut token dalam jumlah terbatas, yang memungkinkan mereka untuk menarik uang langsung dari bank swasta.
Namun meski bangun pagi, banyak orang kembali dengan tangan kosong karena ATM dengan cepat kehabisan uang dan bank kehabisan token. Banyak yang berkeliaran dari ATM ke ATM dan dari bank ke bank, namun rata-rata hanya kembali dengan tangan kosong.. PT BESTPROFIT
"Saya telah menunggu hampir setengah hari. Hanya ada sepuluh orang di depan saya ketika ATM kehabisan uang," kata seorang warga Yangon yang mencoba menarik gajinya untuk bulan Maret sebagaimana dikutip The Irrawaddy, Selasa (13/4/2021).
"Ini cukup membuat frustrasi," katanya. BEST PROFIT
Melihat kejadian ini penyedia layanan keuangan informal baru bermunculan di seluruh Myanmar. Penyedia ini menawarkan orang kesempatan untuk mengakses uang mereka, selama mereka bersedia membayar biaya layanan mulai dari 3% hingga 10% dari uang yang ditarik.
"Sangat sulit untuk mendapatkan token dari bank dan saya hanya dapat mengambil 200.000 Kyat (RP 2 juta) sekaligus dari ATM. Jadi saya pergi ke salah satu penyedia layanan keuangan baru. Segera setelah saya mentransfer 10 juta Kyat (Rp 103 juta) dari mobile banking, mereka langsung memberikan uang saya secara tunai. Tetapi saya harus membayar mereka 300.000 Kyat (Rp 3,1 juta) sebagai biaya layanan," ucap seorang pengusaha lokal. BESTPROFIT
"Bisnis telah lama terkendala kekurangan uang tunai. Sekarang banyak yang menggunakan penyedia jasa keuangan. Ini layanan informal, tapi kami tidak punya pilihan," kata pengusaha itu.
"Kami tidak perlu mengambil risiko mencari ATM dengan uang tunai atau mengantre untuk mendapatkan token. Begitu kami menelepon, penyedia layanan langsung datang ke rumah kami," tambahnya.
Pekan lalu, hampir belasan orang yang mengantri di ATM bank KBZ di Yangon ditangkap oleh aparat keamanan, tanpa diberi tahu alasannya.
Sistem perbankan Myanmar telah lumpuh karena pendukung pro-demokrasi telah berhasil mendorong staf dari bank swasta negara tersebut untuk berpartisipasi dalam gerakan pembangkangan sipil sebagai protes atas kudeta militer 1 Februari. Sejak pertengahan Februari, bisnis mengalami kekurangan uang tunai karena cabang bank tutup, kecuali untuk mobile banking dan layanan ATM terbatas. PT BESTPROFIT FUTURES
Segera setelah kudeta, banyak orang bergegas ke bank untuk menarik uang tunai mereka karena desas-desus menyebar bahwa sistem bank akan runtuh.
Bank sentral yang ditunjuk oleh rezim memperkenalkan aturan baru yang mengizinkan penarikan harian 500.000 Kyat (Rp 520 ribu) dari ATM dan langsung dari bank. Tetapi sejak pertengahan Maret, nasabah di bank swasta hanya diperbolehkan menarik 200.000 hingga 300.000 kyat setiap hari dari ATM, sementara bank hanya membagikan 20 hingga 30 token per hari untuk penarikan langsung.
Supermarket atau pusat perbelanjaan juga tidak dapat menerima pembayaran dengan kartu lagi, menyusul penutupan internet seluler oleh junta pada bulan Maret. Sistem perbankan Myanmar tetap menjadi salah satu yang paling ketinggalan zaman di kawasan ini, meskipun reformasi telah dimulai pada tahun 2011.
Reformasi sistem keuangan adalah agenda penting di bawah pemerintahan partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang digulingkan oleh junta. NLD meliberalisasi sebagian besar aturan dan regulasi yang sudah ketinggalan zaman, termasuk undang-undang tentang transaksi keuangan seluler, serta meliberalisasi sektor perbankan swasta dan mengizinkan bank asing untuk membuka cabang.
Selain itu, pemerintah NLD juga berfokus pada peningkatan tingkat inklusi keuangan negara. Ini mengukur proporsi orang dewasa yang memiliki akses ke setidaknya satu produk layanan keuangan formal.
Sumber : Jakarta, CNBCIndonesia.com
0 comments:
Post a Comment